Tirani "ATAU" dan Kejeniusan "DAN"
Tirani "ATAU" dan Kejeniusan "DAN"
oleh Dr. H. Chazim Maksalina, M.H.
Ketua Pengadilan Tinggi Agama Gorontalo
Tulisan ini menarik, istilah aslinya adalah "The Tiranny of OR and The Genius of AND" sebuah konsep yang ditawarkan seorang penulis bisnis favorit Jim Collins. Salah satu konsepnya yang memiliki penerapan signifikan pada kepemimpinan, yaitu postingan ini " tirani ATAU dan kejeniusan DAN"
Singkatnya konsepnya adalah bahwa ketika kita mempertimbangkan sebuah keputusannya memosisikannya sebagai preposisi "atau" (kita harus memilih A atau B), kita membatasi diri ketahanan hanya pada satu dari dua pilihan dan keduanya biasanya berada diusung spektrum yang berlawanan. Hitam atau putih, Ya atau Tidak, benar atau salah, pemenang atau pecundang.
Ketika kita mengganti "dan" dengan "atau", kita membuka pilihan atau solusi kita ke sejumlah opsi tak terbatas yang berada do antara A dan B. Dan dalam hampir setiap contoh, ada titik di suatu tempat di tengah yang dapat memenuhi kedua belah pihak. Mungkin tidak sempurna tetapi solusi yang bagus.
Contoh di pemadam kebakaran sering terjebak tirani "atau". Kita memosisikan isu sebagai hitam atau putih tanpa opsi lain. Misalnya mana yang lebih penting, keselamatan warga atau petugas pemadam kebakaran.
Dalam kehidupan realitas, hampir tidak ada yang sesederhana pilihan A atau B. Dunia sebenarnya bercorak abu-abu yang tak terbatas, tidak semuanya hitam dan tidak semuanya putih.
Ketika kita menggunakan preposisi "atau", kita menciptakan dunia fantasi yang tidak benar-bebar terhubung dengan dunia nyata.
Sebagai pemimpin setiap kali kita menemukan diri kita dalam perdebatan, diskusi atau keputusan yang melibatkan kata "atau" saat pilihannya adalah A atau B, hitam atau putih, ya atau tidak. Kita perlu melakukan untuk mengubah perdebatan, diskusi atau keputusan menjadi preposisi "dan".
Jawaban apa yang kita dapatkan pada dua kutub yang berlawanan. Mencari solusi yang memenuhi kepentingan kedua belah pihak.
Mengubah tirani "atau" menjadi kejeniusan "dan" tidaklah mudah. Ia bahkan akan menjadi hal yang komplek dan sulit.
Dan pada akhirnya keputusan dengan mengedepankan "dan" akan lebih berhasil daripada mendahulukan "atau".
Bagaimana dengan kita? apakah kita terjebak dalam the tyranny of ‘or’ atau kita enjoy dengan " the genius of ‘and" ? Apa organisasi kita lebih cenderung pada pilihan ‘atau’ atau lebih mengedepankan solusi dengan ‘dan’? Jawabannya bagi mereka ada pada personal leadershipnya dan bagaimana budaya kepemimpinan di organisasi kita.